BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS ?

Senin, 19 Juli 2010

Keladi tikus



Tanaman obat “Keladi Tikus” mempunyai nama latin Typhonium flagelliforme. Termasuk kedalam famili tumbuhan Araceae. Tumbuhan yang punya nama asing Rodent Tuber ini telah digunakan oleh penduduk negeri tetangga kita, Malaysia, sebagai obat penyakit kanker.
Hasil penelitian dari berbagai lembaga & perguruan tinggi di Malaysia dan beberapa negara menunjukkan bahwa sari tanaman (juice) ini dapat menghancurkan sel kanker. Secara umum hasil penelitian menunjukkan efek membunuh/menghambat pertumbuhan sel kanker, menghilangkan efek buruk kemoterapi dan bersifat antivirus & anti bakteri.
Kandungan kimiawi tanaman ini belum banyak diketahui atau belum dipublikasikan. Namun berdasarkan literatur yang mencatat hasil penelitian dan pengalaman secara turun temurun dari berbagai negara dan daerah, tanaman ini dapat menyembuhkan penyakit kanker payudara, paru-paru, usus besar, rectum, lever, prostat, ginjal, leher rahim, tenggorokan, tulang, otak, limpa, leukimia, empedu dan pankreas. Selain itu berdasarkan informasi pengalaman dari pemakaian, herbal ini bisa digunakan untuk menetralisir racun narkoba.
Tanaman Keladi Tikus untuk Kanker
Kanker semoga tidak lagi mematikan. Para penderita kanker di Indonesia dapat memiliki harapan hidup yang lebih lama dengan ditemukannya tanaman “KELADI TIKUS” (Typhonium Flagelliforme/ Rodent Tuber) sebagai tanaman obat yang dapat menghentikan dan mengobati berbagai penyakit kanker dan berbagai penyakit berat lain.
Tanaman sejenis talas dengan tinggi maksimal 25 sampai 30 cm ini hanya tumbuh di semak yang tidak terkena sinar matahari langsung. “Tanaman ini sangat banyak ditemukan di Pulau Jawa,” kata Drs.Patoppoi Pasau, orang pertama yang menemukan tanaman itu di Indonesia.
Tanaman obat ini telah diteliti sejak tahun 1995 oleh Prof Dr Chris K.H.Teo,Dip Agric (M), BSc Agric (Hons)(M), MS, PhD dari Universiti Sains Malaysia dan juga pendiri Cancer Care Penang, Malaysia. Lembaga perawatan kanker yang didirikan tahun 1995 itu telah membantu ribuan pasien dari Malaysia, Amerika, Inggris, Australia, Selandia Baru, Singapura, dan berbagai negara di dunia.
Di Indonesia, tanaman ini pertama ditemukan oleh Patoppoi di Pekalongan, Jawa Tengah. Ketika itu, istri Patoppoi mengidap kanker payudara stadium III dan harus dioperasi 14 Januari 1998. Setelah kanker ganas tersebut diangkat melalui operasi, istri Patoppoi harus menjalani kemoterapi (suntikan kimia untuk membunuh sel) untuk menghentikan penyebaran sel-sel kanker tersebut.
“Sebelum menjalani kemoterapi,dokter mengatakan agar kami menyiapkan wig (rambut palsu) karena kemoterapi akan mengakibatkan kerontokan rambut, selain kerusakan kulit dan hilangnya nafsu makan,” jelas Patoppoi.
Selama mendampingi istrinya menjalani kemoterapi, Patoppoi terus berusaha mencari pengobatan alternatif sampai akhirnya dia mendapatkan informasi mengenai penggunaan teh Lin Qi di Malaysia untuk mengobati kanker. “Saat itu juga saya langsung terbang ke Malaysia untuk membeli teh tersebut,” ujar Patoppoi yang juga ahli biologi. Ketika sedang berada di sebuah took obat di Malaysia, secara tidak sengaja dia melihat dan membaca buku mengenai pengobatan kanker yang berjudul Cancer, Yet They Live karangan Dr Chris K.H. Teo terbitan 1996.
Begitu menemukan buku itu, saya malah tidak jadi membeli teh Lin Qi, tapi langsung pulang ke Indonesia. Di buku itulah Patoppoi membaca khasiat typhonium flagelliforme itu.
Berdasarkan pengetahuannya di bidang biologi, pensiunan pejabat Departemen Pertanian ini langsung menyelidiki dan mencari tanaman tersebut. Setelah menghubungi beberapa koleganya di berbagai tempat, familinya di Pekalongan Jawa Tengah, balas menghubunginya. Ternyata, mereka menemukan tanaman itu di sana. Setelah mendapatkan tanaman tersebut dan mempelajarinya lagi, Patoppoi menghubungi Dr. Teo di Malaysia untuk menanyakan kebenaran tanaman yang ditemukannya itu.
Selang beberapa hari, Dr Teo menghubungi Patoppoi dan menjelaskan bahwa tanaman tersebut memang benar Rodent Tuber. “Dr Teo mengatakan agar tidak ragu lagi untuk menggunakannya sebagai obat,” lanjut Patoppoi. Akhirnya, dengan tekad bulat dan do’a untuk kesembuhan, Patoppoi mulai memproses tanaman tersebut sesuai dengan langkah-langkah pada buku tersebut untuk diminum sebagai obat. Kemudian Patoppoi menghubungi putranya, Boni Patoppoi di Buduran, Sidoarjo untuk ikut mencarikan tanaman tersebut.
Selama mengkonsumsi sari tanaman tersebut, isteri Patoppoi mengalami penurunan efek samping kemoterapi yang dijalaninya. Rambutnya berhenti rontok, kulitnya tidak rusak dan mual-mual hilang. Setelah tiga bulan meminum obat tersebut, isteri Patoppoi menjalani pemeriksaan kankernya. “Hasil pemeriksaan negatif, dan itu sungguh mengejutkan kami dan dokter-dokter di Jakarta,” kata Patoppoi. Para dokter itu kemudian menanyakan kepada Patoppoi, apa yang diberikan pada isterinya. “Malah mereka ragu, apakah mereka telah salah memberikan dosis kemoterapi kepada kami,” lanjut Patoppoi.
Setelah diterangkan mengenai kisah tanaman Rodent Tuber, para dokter pun mendukung Pengobatan tersebut dan menyarankan agar mengembangkannya. Apalagi melihat keadaan isterinya yang tidak mengalami efek samping kemoterapi yang sangat keras tersebut. Dan pemeriksaan yang seharusnya tiga bulan sekali diundur menjadi enam bulan sekali. Tetapi karena sesuatu hal, para dokter tersebut tidak mau mendukung secara terang-terangan penggunaan tanaman sebagai pengobatan alternative.
Setelah beberapa lama tidak berhubungan, berdasarkan peningkatan keadaan isterinya, pada bulan April 1998, Patoppoi kemudian menghubungi Dr.Teo melalui fax untuk menginformasikan bahwa tanaman tersebut banyak terdapat di Jawa dan mengajak Dr. Teo untuk menyebarkan penggunaan tanaman ini di Indonesia. Kemudian Dr. Teo langsung membalas fax kami, tetapi mereka tidak tahu apa yang harus mereka perbuat, karena jarak yang jauh,” sambung Patoppoi.
Kemudian, pada akhir Januari 2000 saat Jawa Pos mengulas habis mengenai meninggalnya Wing Wiryanto, salah satu wartawan handal Jawa Pos,Patoppoi sempat tercengang. Data-data rinci mengenai gejala, penderitaan, pengobatan yang diulas di Jawa Pos, ternyata sama dengan salah satu pengalaman pengobatan penderita kanker usus yang dijelaskan di buku tersebut. “Lalu saya langsung menulis di kolom Pembaca Menulis di Jawa Pos,” ujar Boni.
Dan tanggapan yang diterimanya benar-benar diluar dugaan. Dalam sehari, bisa sekitar 30 telepon yang masuk. “Sampai saat ini, sudah ada sekitar 300 orang yang datang ke sini,” lanjut Boni yang beralamat di Jl. KH. Khamdani, Buduran Sidoarjo.
Pasien pertama yang berhasil adalah penderita Kanker Mulut Rahim stadium dini. Setelah diperiksa, dokter mengatakan harus dioperasi. Tetapi karena belum memiliki biaya dan sambil menunggu rumahnya laku dijual untuk biaya operasi, mereka datang setelah membaca Jawa Pos. Setelah diberi tanaman dan cara meminumnya, tidak lama kemudian pasien tersebut datang lag dan melaporkan bahwa dia tidak perlu dioperasi, karena hasil pemeriksaan mengatakan negatif.
Dari pembicaraan mereka, Dr. Teo merekomendasi agar Patoppoi mendirikan perwakilan Cancer Care di Jakarta dan Surabaya. Maka secara resmi, Patoppoi dan putranya diangkat sebagai perwakilan lembaga sosial Cancer Care Indonesia, yang juga disebutkan dalam buletin bulanan Cancer Care, yaitu di Jl. Kayu Putih 4 No. 5, Jakarta, telp. 021-4894745, dan di Buduran, Sidoarjo.
Menurut data Cancer Care Malaysia, berbagai penyakit yang telah disembuhkan adalah berbagai kanker dan penyakit berat seperti kanker payudara, paru-paru, usus besar-rectum, liver, prostat, ginjal, leher rahim, tenggorokan, tulang, otak, limpa, leukemia, empedu, pankreas, dan hepatitis. Jadi diharapkan agar hasil penelitian yang menghabiskan milyaran Ringgit Malaysia selama 5 tahun dapat benar-benar berguna bagi dunia kesehatan.
Bagi teman-teman yang memerlukan informasi lebih lanjut sehubungan dengan artikel “Obat Kanker” bisa menghubungi perwakilan lembaga social “Cancer Care Indonesia” beralamat di Jl. Kayu Putih 4 no.5 Jakarta, telp : 021-4894745
Sumber Wikimu
Intinya Kapsul herbal dengan komposisi tumbuhan keladi tikus 100% ini mampu mengobati penyakit seperti: kanker payudara, paru-paru, usus besar, rectum, lever, prostat, ginjal, leher rahim, tenggorokan, tulang, otak, limpa, leukimia, empedu dan pankreas. Hasil penelitian menunjukkan efek membunuh/menghambat pertumbuhan sel kanker, menghilangkan efek buruk khemoterapi dan bersifat anti virus dan anti bakteri.

Berikut adalah sebuah artikel wawancara dengan Yap, seorang penderita kanker yang berhasil sembuh setelah mengkonsumsi Keladi Tikus.

Setelah bertahun-tahun berjuang melawan kanker, Yap dinyatakan sembuh pada 5 Agustus 1994. Saya memiliki kesempatan bertemu Yap pada 18 Maret 1999. Anda bisa melihat percakapan kami dalam video di situs kami: www.cacare.com Di bawah ini adalah cuplikan wawancara.

Saya terserang 3 kanker. Satu di usus, 15 tahun lalu. Yang kedua pada rektum 10 tahun setelah yang pertama. Akibatnya saya harus mengenakan colostomy bag selama hidup saya. Kemudian datang serangan kanker ketiga, di belakang kelenjar prostat. Segera setelah kemoterapi kedua, kanker itu kembali lagi. Dokter mengatakan bahwa ia tak bisa melakukan apa-apa; ia tak bisa melakukan radioterapi karena kanker itu berada di belakang kelenjar prostat. Selain itu, setelah tiga kali operasi ia tak bisa mengoperasi saya lagi. Ia hanya bisa memberi saya kemoterapi.

Saya bertanya pada Dokter, “Saya sudah menyelesaikan kemoterapi dan Anda menyuruh saya melakukannya lagi. Ini berarti sel kankernya tidak terpengaruh oleh kemoterapi?” Dokter mengiyakan. Jadi saya pulang dan menolak, tentu saja, untuk menjalani kemoterapi.

Saya merenungkan bagaimana supaya bisa meninggal secara terhormat. Penderita kanker selalu meninggal dengan menyedihkan, dengan sakit di sekujur tubuhnya. Selain itu, terkadang bahkan morfin tak bisa mengurangi rasa sakitnya. Dalam kasus saya, saya tahu bahwa kemoterapi tak akan membantu, terutama setelah kanker kedua menyerang saya.

Pertanyaan: Anda sudah berjuang melawan kanker sejak bertahun-tahun lamanya. Apa yang dikatakan dokter? Apakah Anda memiliki kesempatan?

Saya hampir menyerah. Dokter hanya bisa memberikan kemoterapi, yang ia sendiri tahu takkan berpengaruh pada saya. Mengetahui hal ini, saya beralih pada Keladi Tikus, bukan karena saya mempercayainya. Kenyataannya, kesan pertama saya adalah menjijikkan. Untungnya, istri saya percaya dan ia mau bergantung pada harapan sekecil apapun. Saya menjadi semakin skeptis setelah mengetahui bahwa ini hanya sebuah tanaman. Seorang teman yang memberikan Keladi Tikus pada saya juga mengalami kanker paru-paru. Dokternya mengetahui bahwa ia tak bisa dioperasi karena kankernya telah menyebar di seluruh bagian paru-paru. Mereka membiarkannya, tak melakukan apa-apa. Ia seharusnya meninggal setelah empat bulan, tapi itu tidak terjadi.

Malahan ia merekomendasikan Keladi Tikus pada saya. Ia memberikan Keladi Tikus sendiri, dan istri saya percaya padanya. Karena tak ada ruginya, maka saya pun meminum sarinya. Rasanya tidak enak. Saat saya mengkonsumsi Keladi Tikus, rasa sakit karena kanker menghilang hampir dalam sekejap. Saya pikir jika saya mengkonsumsinya setiap hari, saya bisa meninggal dengan terhormat.

Awalnya saya mengkonsumsi dengan enggan.. sampai dua minggu kemudian — saya sadar bahwa ini cukup ilmiah. Saya memutuskan untuk mencoba. Saya kembali ke dokter saya dan meminta kemoterapi sembari mengkonsumsi Keladi Tikus — ini lebih kepada pembalasan untuk membunuh sel-sel kanker itu sebelum mereka membunuh saya! Dan setelah itu, kanker tak pernah muncul lagi.

Pada awalnya, saya mengkonsumsi sari Keladi Tikus tiga kali 50 gram per hari. Saat itu berat saya setengah dari saat ini. Berat saya sekitar 45 kg. Sekarang saya 77 kg. Saya selalu bersikeras dan memberitahu semua orang: tak ada salahnya.

Pertanyaan: Masyarakat bersikap skeptis tentang ini. Saat Anda mengkonsumsi Keladi Tikus, hal itu bisa mempengaruhi kemoterapi. Anda bilang Anda mengkonsumsi Keladi Tikus sembari menjalankan kemoterapi. Apa ada pengaruhnya bagi perawatan Anda?

Saya menjalankan keduanya. Saat itu saya tak risau apakah ini akan mempengaruhi kemoterapi atau tidak. Kemoterapi saja tidak efektif. Apa lagi yang bisa saya lakukan untuk tetap hidup?

Pertanyaan: Saat Anda selesai dengan kemoterapi, apakah Anda melanjutkan konsumsi Keladi Tikus?

Oh, ya. Dari sudut pandang kesehatan — setelah operasi, radioterapi, dan kemoterapi — tak ada apa-apa lagi untuk pasien kanker. Jika sel kankernya masih hidup, itu berarti tinggal menunggu kematian.

Setidaknya sekarang kita memiliki Keladi Tikus yang relatif tidak berbahaya. Saya telah mengkonsumsinya selama dua sampai tiga tahun. Saya meminum sarinya tiga kali sehari selama beberapa bulan. Setelah itu saya mengurangi dosisnya menjadi dua kali sehari — mengkonsumsinya dengan sangat khidmat selama delapan setengah bulan. Kemudian saya melakukan check-up dan untungnya, kanker telah hilang.

Dokter tentu saja sangat senang akan hal ini. Saya pergi ke Australia untuk pemeriksaan kesehatan lainnya dan dokter di Australia mengkonfirmasi bahwa saya telah bebas dari kanker.

Setelah satu setengah tahun berjuang, saya dinyatakan bebas kanker pada 5 Agustus 1994. Semuanya tidak sia-sia. Sekarang saya berbagi kebahagiaan dengan Anda.

Kanker normalnya dipandang bukan hanya sebagai penyakit namun juga sebagai vonis kematian. Bagaimana mungkin kita menggantungkan harapan pada sesuatu sementara semuanya kelihatan tak berdaya? Kebanyakan orang menyerah saat menghadapi pengalaman yang sangat menyakitkan. Mereka berpikir tak ada gunanya untuk terus hidup. Kematian yang singkat lebih baik. Saya menolak untuk menerima kekalahan. Hidup terlalu penting untuk dihancurkan oleh musuh di dalamnya. Saya harus melawan kanker secara fisik, emosi, dan psikologi. Dan saya menang.

Diambil dari buku: Cancer Yet They Live.
Saat artikel tersebut ditulis, Yap masih aktif dan sehat, menjalani hidup bebas kanker.


Orang banyak mengenal keladi tikus sebagai umbi talas yang bisa menjadi salah satu bahan untuk makanan. Jenisnya pun bermacam-macam. Di Papua, talas menjadi bahan makanan pokok. Namun keladi tikus berbeda lagi dari yang biasa. Keladi tikus lebih banyak dijadikan bahan untuk obat tradisional. Typhonium flagiliforme mulai banyak dan semakin dikenal sebagai bahan untuk obat pembasmi kanker payudara.

Mengapa disebut “keladi tikus”? Ini karena ukurannya lebih kecil daripada keladi biasa. Ukuran tingginya mencapao 10 hingga 45 centimeter. Bagian yang lebih mirip binatang tikus adalah mahkota bunganya yang berwarna putih, berbentuk panjang kecil, mirip ekor tikus.

Tanaman berbatang basah ini banyak tumbuh di tempat terbuka pada ketinggian 1.000 meter di atas permukaan air laut. Daun tunggalnya muncul dari umbi. Bentuk daunnya bulat dengan ujung meruncing berbentuk hati. Warnanya hijau segar. Umbi keladi tikus ini berbentuk bulat rata sebesar buah pala. Bagian dalam maupun luar umbi berwarna putih. Untuk perkembangbiakannya, bisa menggunakan umbinya atau anakan yang tumbuh dari umbi tersebut. Pada musim kemarau, batangnya menghilang. Sedangkan pada musim hujan, umbuhan ini muncul lagi di atas permukaan tanah dari umbi yang terpendam di dalam tanah.

Menurut Potopoy Pasau yang banyak menggunakan keladi tikus sebagai obat tradisional, tanaman ini tak berdaun di musim panas. Karena itu, terkadang ia merasa kesulitan menemukannya. Ia mengaku, untuk obat tradisional, ia tak mengembangbiakan sendiri, melainkan mencari di tempat-tempat tumbuhnya keladi tikus ini.


Keladi tikus bisa juga di padukan dengan herbal lain, tergantung dari jenis kanker yasng diderita oleh pasien. beberapa tanaman obat tradisional yang bisa dijadikan alternatif untuk perpaduan adalah , kunir putih , benalu tea , sarang semut, rumput mutiara, mahkota dewa, tapak dara dan masih banyak lagi.

contoh untuk kanker yang berhubungan dengan organ kewanitaan, seperti kanker payudara, kanker rahim, kista, miom, bisa mengkonsumsi keladi tikus plus kunir putih.

Tidak hanya itu saja untuk mengoptimalkan pasien dalam pengobatan dengan keladi tikus disarankan juga untuk mengkonsumsi habbatussauda / jintan hitam. jintan hitam yang lebih baik adalah yang cair karena mudah diserap oleh tubuh. adapun jintan hitam banyak terdapat dipasar traditional biasanya masih beruba biji kecil2. konsumsinya harus dihancurkan dulu tidak boleh langsung ditelan karena tidak akan dapat diserap oleh tubuh.


Perbedaan antara tumor dan kanker



Kanker adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel. Beberapa buah mutasi mungkin dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut sering diakibatkan agen kimia maupun fisik yang disebut karsinogen. Mutasi dapat terjadi secara spontan (diperoleh) ataupun diwariskan (mutasi germline).

Kanker dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda, bergantung pada lokasinya dan karakter dari keganasan dan apakah ada metastasis. Sebuah diagnosis yang menentukan biasanya membutuhkan pemeriksaan mikroskopik jaringan yang diperoleh dengan biopsi. Setelah didiagnosis, kanker biasanya dirawat dengan operasi, kemoterapi dan/atau radiasi.

Bila tak terawat, kebanyakan kanker menyebabkan kematian; kanker adalah salah satu penyebab utama kematian di negara berkembang. Kebanyakan kanker dapat dirawat dan banyak disembuhkan, terutama bila perawatan dimulai sejak awal. Banyak bentuk kanker berhubungan dengan faktor lingkungan yang sebenarnya bisa dihindari. Merokok tembakau dapat menyebabkan banyak kanker dari faktor lingkungan lainnya.

Tumor (bahasa Latin; pembengkakan) menunjuk massa jaringan yang tidak normal, tetapi dapat berupa “ganas” (bersifat kanker) atau “jinak” (tidak bersifat kanker). Hanya tumor ganas yang mampu menyerang jaringan lainnya ataupun bermetastasis.

Kemungkinan tumor jinak menjadi ganas bisa saja tapi sangat jarang terjadi, biasanya pada Tumor yang sudah terlalu lama dan besar. Misalnya Fam (Fibroadenoma mamma), tumor jinak payudara bila dibiarkan bertahun-tahun ada yang berubah jadi ganas, ini dikenal sebagai Progressi, kira-kira hanya 0,5 % -1% saja

Courtessy of id.answers.yahoo.com

0 komentar: